HEALING DARI KECEMASAN

Published by sammaditthi.org on

HEALING DARI KECEMASAN

    Di zaman yang sangat dinamis ini semua kalangan sadar atau tidak sadar pastinya pernah mengalamai kecemasan. Dalam Anguttara Nikaya V. 57 Abhinhapacavekkhitabatana Sutta Sang Buddha telah memberikan lima cara untuk healing dari kecemasan, tentunya ini sangat berguna dimasa-masa sekarang. Jika tidak diatasi maka kecemasan akan berdampak pada kesehatan mental yang ditandai dengan ketakutan yang berlebih.

1. Perenungan terhadap usia tua (Jaradhamomhi jara anatito).

Perenungan ini akan membuat pikiran kita yang semula cemas karena perubahan yang terjadi pada jasmani menjadi tenang dan tidak sombong dengan masa muda. Melakukan perenungan terhadap usia tua seseorang akan senantiasa merenungkan bahwa dirinya akan berubah, orang tersebut juga kemudian akan termotivasi atau akan tergugah untuk melakukan sebanyak mungkin kebajikan selagi masih muda. Ketika suatu saat ketuaan menghampiri orang tersebut maka tidak begitu menderita karena telah memiliki persiapan untuk menghadapi ketuaan yang pasti akan dialami.

2. Perenungan terhadap penyakit (Byadhidhammomhi byadhi anatito).

Ketika sakit fisik, sering kali kita masih menambah dengan sakit mental, yaitu cemas, khawatir, dan takut terhadap penyakit kita. Namun, dengan perenungan ini, kita tidak akan menambah sakit fisik dengan sakit mental. Ketika seseorang merenungkan kesehatan juga berubah, bahwa tubuh ini juga mengalami sakit, tubuh ini adalah sarang penyakit, seseorang akan termotivasi untuk melakukan kebajikan dan melakukan yang terbaik ketika badan masih sehat. Selain itu melakukan perenungan terhadap penyakit merupakan hal yang sangat penting untuk sering direfleksikan untuk mengurangi atau meninggalkan kemelekatan pada kesehatan.

3. Perenungan terhadap kematian (Maranadhammomhi, marana anatito).

Perenungan tentang kematian ini mendorong kita untuk melakukan sebanyak mungkin kebajikan ketika kita masih hidup dan selalu berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu, agar tetap terjaga dan tidak lengah. Bila suatu waktu kematian datang, maka kita dapat menerima sebagai sesuatu yang wajar dan tidak dapat dihindari oleh siapapun di dunia ini, karena menyadari bahwa segala sesuatu yang terkondisi tidak kekal (anicca). Selain mengurangi rasa cemas dan takut, juga akan membuat kita lebih menghargai kehidupan kita ini.

4. Perenungan tentang perubahan (Sabbehi me piyehi mananapehi nanabhavo vinabhavo). 

Merenungkan bahwa segala milikku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku, maka akan senantiasa merenungkan bahwa perpisahan akan terjadi, pasti akan mengarahkan hidupnya untuk melakukan yang terbaik agar kemelekatan bisa dilenyapkan. Salah satu cara menghilangkan kemelekatan tersebut adalah dengan berdana. Karena salah satu manfaat dari berdana adalah untuk melatih batin agar sedikit demi sedikit terbebas dari kemelekatan. Sehingga ketika nanti perpisahan terjadi pada sesuatu yang dilekati tidak menderita dan dengan perenungan ini mengajarkan bahwa kita tidak terikat pada apapun yang kita miliki, tetapi bukan berarti kita harus bersikap acuh-tak acuh pada semua itu.

5. Perenungan tentang hukum Kamma (Kammassakomhi, kammadayado kammayoni kammabandhu kamma-patisarano, yam kammam karissamikalyanam va papakam vatassa dayado bhavissami). 

Hukum kamma adalah hukum perbuatan yang berlaku universal, kepada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Sesuai dengan benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetik. Dengan merenungkan tentang kamma yang diperoleh, seseorang akan sadar untuk berusaha melakukan yang terbaik dan menghindari perbuatan kejahatan. Sekecil apapun perbuatan yang dilakukan baik ataupun buruk suatu saat akan memberikan hasil secara otomatis sesuai dengan hukum kamma, baik berbuah di kehidupan saat ini, maupun di kehidupan yang akan datang.

    Semakin kita melekat pada kesenangan-kesenangan, kecemasan maupun ketakutan akan sering muncul. Namun, apabila kita mengimbangi kesenangan tersebut dengan pengertian Dhamma yang benar, dengan bijaksana memandang segala sesuatu sebagaimana adanya, maka kecemasan maupun ketakutan akan dapat kita kurangi. Seseorang yang tidak bisa menerima hal ini akan membuat dirinya menderita. Tetapi seseorang yang bisa menyadari dan menerima hal ini, akan berusaha sebaik mungkin melakukan kebajikan sebelum kelima hal ini menghampiri dirinya

Salam Kebajikan Dhamma 

SAMMᾹDIṬṬHI FOUNDATION

Helping Others


2 Comments

Kalyanamitta · November 25, 2022 at 9:27 am

Cocok banget buat orang yang sering cemas kayak saya. Anumodana 🙏😇

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *