Syarat Terjadinya Ucapan Benar

Published by sammaditthi.org on

Syarat Terjadinya Ucapan Benar

    Kalyanamitta Ucapan benar tergolong dalam Sila karena berkaitan dengan moralitas. Ucapan Benar (Samma Vaca) terdiri dari dua kata, yaitu ucapan (Vaca) dan benar/sejati (Samma). Ucapan (Vaca) memiliki makna yang sudah jelas, yaitu ujaran atau kata yang dilisankan/disebutkan. Benar/sejati (Samma) memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar benar, tapi juga mencakup keseluruhan, lengkap atau integral. Dalam Kakacupama Sutta Majjhima Nikaya jilid 1, sendiri terdapat 5 syarat apabila terjadinya ucapan benar diantaranya, yaitu:

    Ucapan itu tepat pada waktunya, kata-kata yang baik adalah kata-kata yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Terkadang ucapan kita tidak salah, namun malah menyinggung orang lain, dan hal tersebut dikatakan tidak tepat waktu. Ketika suasana hati seseorang sedang buruk, ucapan apapun seringkali tidak berarti. Kita harus bijak kapan memilih untuk diam dan kapan memilih untuk berucap.

   Ucapan itu sesuai kebenaran, Kata-kata yang diucapkan haruslah sesuai dengan kenyataan. Ini artinya jelas, kita berucap apa adanya. Dalam konteks modern, ucapan tidak sekedar berucap, namun dapat diperluas ke komunikasi yang benar, termasuk melalui tulisan. Seseorang yang menulis artikel ataupun buku yang berisi hal-hal yang memecah belah, penuh ketidakbenaran, dan menghasut termasuk melakukan ucapan salah yang bertolak belakang dengan ucapan benar. Isyarat-isyarat yang bisa menimbulkan salah persepsi, yang dengan sengaja dilakukan, dalam hal ini termasuk ucapan tidak benar.

   Ucapan itu lembut, perkataan tidak menimbulkan rasa sakit pada perasaan orang lain. Pada dasarnya kebiasaan berucap lembut akan memengaruhi batin atau pikiran kita menjadi lebih lembut dan tidak kejam. Jika kita terbiasa berucap dengan kasar, maka tanpa kita sadari benih-benih kekejaman telah tumbuh dalam diri kita.

    Ucapan itu bermanfaat, Setiap ucapan yang kita lakukan, seharusnya secara sadar kita lakukan. Kita harus sadar terhadap setiap ucapan yang dikeluarkan dan akibatnya. Dengan demikian, kita hanya mengucapkan kata-kata yang bertujuan. Bertujuan di sini adalah demi ke baikan banyak orang. Contohnya adalah ceramah-ceramah oleh para Dhammaduta mempunyai tujuan untuk menyampaikan ajaran Buddha.

    Ucapan itu penuh cinta kasih, perkataan hendaknya disertai dengan rasa kasih sayang tanpa menyakiti makhluk lain. Ketika pikiran penuh dengan cinta kasih, maka ucapan seseorang akan menjadi lembut dan menyenangkan. Kata-kata yang penuh cinta kasih tidak akan terwujud menjadi umpatan-umpatan yang kasar. Begitu pula, kata-kata yang penuh cinta kasih akan menyatukan dan menimbulkan keharmonisan. Contoh ucapan ini adalah dorongan dan motivasi kepada teman yang sedang menghadapi masalah.

   “Bagaikan sekuntum bunga yang indah serta berbau harum; demikian pula sungguh bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang melaksanakannya.” (Dhp, II.52). Sang Buddha mengatakan bahwa, “Melihat ucapan salah sebagai ucapan salah dan ucapan benar sebagai ucapan benar. Inilah pandangan benar seseorang.” (MN,117.16). Jadi, untuk mengembangkan pandangan benar juga mensyaratkan seseorang harus memahami kebenaran dari ucapan.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *